Perusahaan Tambang Terbesar di Kalimantan

Perusahaan tambang di Kalimantan bukan sekadar bagian dari industri mereka adalah penggerak utama produksi batu bara Indonesia yang mencapai 836 juta ton pada 2024. Kalimantan menyimpan 62,1% dari total potensi cadangan dan sumber daya batubara terbesar di Indonesia, yaitu 88,31 miliar ton sumber daya dan cadangan 25,84 miliar ton.

Dari Kalimantan Selatan hingga Timur dan Tengah, daerah ini menjadi tumpuan utama ketahanan energi nasional dan rantai pasok energi global. Tak heran jika perusahaan tambang batu bara di Kalimantan memegang peran strategis dalam peta energi dunia.

GEMS: Pilar Utama Perusahaan Tambang Terbesar di Kalimantan

GEMS mengelola sejumlah anak perusahaan yang aktif di sektor pertambangan batu bara di dua wilayah strategis: Sumatera dan Kalimantan.

Di Kalimantan, GEMS beroperasi melalui melalui PT Borneo Indobara (BIB) dan PT Trisula Kencana Sakti (TKS). Di Sumatera, GEMS beroperasi melalui PT Kuansing Inti Makmur (KIM) dan anak perusahaannya,  PT Barasentosa Lestari (BSL), dan PT Era Mitra Selaras (EMS) melalui anak perusahaannya.

Dalam satu dekade, GEMS mencatat lonjakan produksi dari 8 juta ton menjadi lebih dari 50 juta ton pada 2024. Ini membuktikan perannya sebagai tulang punggung ketahanan energi nasional.

Sebagai bagian dari Sinar Mas Group, GEMS menjalankan operasional berbasis kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku, tata kelola berkelanjutan serta penggunaan teknologi digital pada operasionalnya.

Transformasi digital, optimalisasi rantai suplai energi, dan sistem kerja berbasis keselamatan adalah wajah modern dari praktik pertambangan perusahaan.

Selaku perusahaan tambang terbesar dan terkemuka di Indonesia, GEMS memiliki visi menjadi perusahaan pertambangan terkemuka di Indonesia dengan menciptakan nilai tambah bagi para pelanggan dan pemangku kepentingan, dengan menerapkan Good Mining Practice.

Menuju Tambang Cerdas dan Rendah Emisi

Transformasi menuju tambang cerdas (smart mining) saat ini diterapkan oleh  GEMS, melalui penerapan digital mining operation system dan real-time monitoring dashboard untuk semua aktivitas tambang di BIB.

Langkah ini diperkuat oleh:

  • Penggunaan truk listrik (EV Trucking)
  • Optimasi hauling road berbasis efisiensi energi
  • Eksplorasi berkelanjutan dan berbasis data geologi
  • Interactive ESG Dashboard untuk memonitor emisi dari proses pertambangan

Pendekatan ini menunjukkan bahwa produksi tinggi dan operasional yang berwawasan lingkungan diperlukan untuk menciptakan operasional yang efisien, efektif dan sustainable.

Komitmen terhadap Good Mining Practice dan Keselamatan

GEMS menjadikan Good Mining Practice dan prinsip ESG (Environmental, Social, Governance) sebagai nilai utama perusahaan.

Keberhasilan GEMS tidak hanya diukur dari volume produksi, namun juga dari nilai keberlanjutan dan kontribusi sosial yang nyata.

Di tengah tantangan transisi energi global, GEMS membuktikan bahwa perusahaan tambang di Kalimantan bisa menjadi pemain utama dalam ekonomi hijau Indonesia.

Tambang Berkelanjutan

Tambang berkelanjutan bukan lagi wacana, melainkan kebutuhan mendesak. Sektor energi menyumbang 75% emisi gas rumah kaca global, dengan 90% emisi CO2 berasal dari bahan bakar fosil seperti batu bara. Dalam lanskap inilah, stigma negatif terhadap tambang konvensional kian tajam.

PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) melalui PT Borneo Indobara (BIB) menjadikan tambang berkelanjutan sebagai landasan operasional.

Paradigma Baru: Tambang Berkelanjutan dan SDGs

Mengubah Paradigma Industri Tambang

BIB yang menjadi bagian dari GEMS meyakini bahwa tanggung jawab sosial bukan sekadar kewajiban, tetapi investasi jangka panjang untuk memastikan masyarakat sekitar tambang ikut tumbuh bersama. Karena itu, setiap inisiatif CSR BIB diselaraskan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) agar memberikan dampak nyata, terukur, dan berkelanjutan.

Dengan memetakan program CSR ke dalam target-target SDGs, perusahaan memastikan bahwa setiap rupiah investasi sosial memiliki dampak nyata, baik secara lokal maupun global. Selain itu kontribusi CSR BIB terhadap SDGs bukan hanya pada pencapaian indikator global, tetapi juga pada perubahan struktural masyarakat lokal: dari ketergantungan pada industri tambang menuju kemandirian ekonomi berbasis sumber daya desa. Inilah wujud nyata bahwa CSR adalah katalis transisi sosial, sekaligus bagian dari strategi besar GEMS untuk meninggalkan warisan keberlanjutan yang lebih luas daripada sekadar eksploitasi sumber daya alam.

SDG 2030: Cetak Biru BIB Menuju Tambang Bernilai Lintas Generasi

BIB tak sekadar memenuhi regulasi. Anak perusahaan ini menjadikan Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai fondasi operasional.

Dalam peta jalannya menuju 2027, BIB menargetkan SDG 7 (Energi Bersih), dan SDG 13 (Aksi Iklim) melalui efisiensi energi, transisi ke solar panel, hingga pengelolaan limbah tambang berkelanjutan.

Lebih dari sebatas wacana hijau, strategi ini dibuktikan melalui penurunan emisi intensitas produksi. BIB memahami bahwa masa depan industri bukan hanya merujuk  neraca laba, tapi juga generasi yang akan hidup dari bumi yang ditinggalkan.

 

Rekam Jejak dan Penghargaan

Sejak awal, GEMS meyakini bahwa keberhasilan sebuah program CSR tidak hanya diukur dari pelaksanaan, tetapi dari dampak nyata yang dirasakan masyarakat. Konsistensi ini membawa rekam jejak yang kuat, di mana setiap inisiatif CSR berbuah pada transformasi sosial sekaligus mendapat pengakuan luas dari berbagai pihak, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Rekam jejak dan penghargaan yang diperoleh membuktikan bahwa komitmen perusahaan dalam CSR bukan sekadar retorika. Validasi dari lembaga nasional menjadi legitimasi eksternal atas kualitas implementasi CSR GEMS.

Langkah Progresif Menuju Tambang Ramah Lingkungan

Global terus menggaungkan untuk menurunkan emisi. Namun, BIB justru melangkah lebih cepat dari tuntutan. Inisiatif penggunaan truk hauling bertenaga listrik menjadi actionable symbol akan komitmen dekarbonisasi operasional.

Tak berhenti di sana, digitalisasi rantai tambang—dari pengangkutan hingga pemantauan emisi—mengukuhkan efisiensi sekaligus meminimalkan jejak karbon. Langkah-langkah ini muncul bukan karena respons sesaat, melainkan bagian dari blue print jangka panjang menuju tambang ramah lingkungan.

GEMS dan BIB membuktikan bahwa transformasi hijau bisa berjalan berdampingan dengan produktivitas tinggi. Tak heran jika keduanya menjadi pionir dalam redefinisi industri ekstraktif yang bertanggung jawab.

Menuju Masa Depan Tambang yang Bertanggung Jawab

Transformasi yang dijalankan GEMS melalui BIB membuktikan bahwa keberlanjutan seharusnya bisa jadi akselerator produktivitas, bukan hambatan. Memiliki peta jalan yang jelas juga berarti bahwa prinsip tanggung jawab lingkungan dan efisiensi operasional menjadi satu kesatuan strategis.

Optimisme terhadap industri tambang Indonesia yang lebih hijau pun bukan utopia. Justru dari sini narasi baru terbentuk bahwa daya saing jangka panjang bertumpu pada visi tambang berkelanjutan.

Jenis Tambang Batubara

Tambang batubara menjadi tulang punggung industri energi Indonesia, yang pada 2024 mencatat produksi nasional mencapai 836 juta ton 117% dari target.

Di tengah permintaan energi global dan ekspor yang terus naik, metode tambang terbuka (open pit) mendominasi operasi di  PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS). Dengan lima area konsesi strategis, GEMS bukan sekadar produsen, tapi pemain utama dalam menjaga ketahanan energi.

Wilayah Tambang Strategis Milik GEMS

GEMS mengelola konsesi pertambangan batubara di Kalimantan dan Sumatera melalui entitas anak usaha pemegang izin pertambangan batubara yakni PT Borneo Indobara (BIB), PT Barasentosa Lestari (BSL), PT Kuansing Inti Makmur (KIM) beserta anak usahanya,  PT Trisula Kencana Sakti (TKS), serta PT Era Mitra Selaras (EMS) beserta anak usahanya.

Hingga akhir 2024, total area tambang yang dikelola mencapai sekitar 66.204 hektar, dengan cadangan batubara sebesar 900 juta ton.

Lokasi yang tersebar strategis di Kalimantan dan Sumatera juga menjadikan GEMS unggul secara logistik, baik untuk pemenuhan pasar domestik maupun ekspor. Diversifikasi ini memperkuat ketahanan rantai pasok dalam industri tambang batubara di Indonesia.

3 Tambang Aktif GEMS yang Menopang Produksi Strategis

Industri tambang batubara di Indonesia semakin dinamis dari masa ke masa. GEMS saat ini beroperasi melalui tiga anak perusahaannya, yaitu:

1. BIB (Borneo Indobara)

Berlokasi di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, BIB adalah tulang punggung produksi GEMS. Tambang terbuka batubara ini menghasilkan kalori sedang untuk PLTU dan pasar ekspor Asia.

Dengan teknologi tambang batubara berbasis digital monitoring dan integrasi hauling, efisiensi produksi menjadi keunggulan utama.

2. BSL (Barasentosa Lestari)

Tambang ini terletak di Musi Rawas, Sumatera Selatan, dan fokus pada produksi batubara kalori rendah-sedang. Sebagai pemain utama dalam penyaluran DMO ke PLN, BSL memperkuat ketahanan energi nasional melalui rantai pasok domestik. Praktik tambang berkelanjutan diterapkan dengan memperhatikan efisiensi dan distribusi regional.

3. KIM (Kuansing Inti Makmur) dan Anak Perusahaannya

Terletak di Kabupaten Bungo, Jambi, KIM dan anak perusahaannya menghadirkan pasokan kalori sedang yang sesuai untuk pasar domestik dan regional terbatas. Meski kontribusinya lebih kecil, KIM menjadi simpul penting dalam pertumbuhan ekonomi lokal serta ekspansi GEMS di wilayah Sumatera. Operasi tambang juga dilakukan dengan pendekatan adaptif dan mengedepankan efisiensi.

Efisiensi dan Keberlanjutan: Bagian dari Sistem, Bukan Sekadar Slogan

GEMS menerapkan praktik tambang berkelanjutan melalui langkah konkret: reklamasi lahan pascatambang, pengolahan air limbah (water treatment), pemanfaatan solar panel, serta efisiensi bahan bakar minyak.

Bukan hanya respons sesaat terhadap tekanan global, pendekatan ini telah menjadi blue print sejak awal perusahaan beroperasi. Ini sekaligus menegaskan komitmen jangka panjang GEMS untuk menyeimbangkan produktivitas keberlanjutan.

Tambang batu bara di Indonesia

Tambang batu bara di Indonesia masih jadi pilar energi global sekaligus mesin devisa nasional dan penggerak industri nasional. Indonesia kini tercatat sebagai salah satu produsen dan eksportir batu bara terbesar di dunia.

PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) telah hadir sejak 1997 dan mengelola konsesi luas di Sumatera dan kalimantan. Komitmen kami adalah menjaga kestabilan pasokan dan mendukung keberlanjutan.

Tren Produksi Tambang batu bara di Indonesia

Tambang batu bara di Indonesia menunjukkan tren produksi yang terus meningkat dalam lima tahun terakhir:

Tahun*

2020

2021

2022

2023

2024

Produksi Batu Bara (juta ton)

563,73

613,99

687,43

775,18

836,13

*sumber Laporan Kinerja Kementerian ESDM tahun 2024

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatatkan selama selama semester I tahun 2025 produksi batubara nasional mencapai 357,6 juta ton atau 48,34% dari target produksi tahun 2025 sebesar 739,67 juta ton.

Pasokan batubara nasional dialokasikan untuk ekspor sebesar 238 juta ton, memasok 45% kebutuhan Listrik dunia. Angka ini menjadi bukti bahwa Indonesia masih menjadi pemain besar dalam rantai energi dunia. Walaupun energi global terus mengalami transisi, tambang batu bara di Indonesia tetap berperan strategis dalam menjaga stabilitas pasokan dan mendukung ekonomi nasional.

Angka Produksi GEMS

GEMS mendukung produksi batu bara nasional, di mana GEMS memproduksi 50,7 juta ton pada tahun 2024 yang mengalami peningkatan produksi sebesar 10% dibandingkan pada tahun 2023 sebesar 46,1 juta ton.

Komitmen kami jelas: mendukung rantai pasok batu bara nasional tetap terjaga. Hal ini juga sejalan dengan tuntutan energi dan pembangunan yang terus bergerak maju.

Pasar Ekspor Utama

Sebagian besar hasil produksi kami mengalir ke pasar ekspor strategis seperti Tiongkok, India, Korea Selatan, Filipina, Malaysia, Bangladesh, Vietnam, Kamboja dan Hongkong. Ekspor batu bara GEMS ini menopang berbagai industri, dari pembangkit listrik dan pabrik semen.

Bagaimana GEMS Mengatasi Tantangan di Masa Depan

Catatan gemilang data batu bara Indonesia tidak lepas dari tantangan, terutama terkait lingkungan dan transisi energi hingga dinamika sosial yang penguraiannya perlu pendekatan bijak.

Inisiatif GEMS Menghadapi Isu Lingkungan

Pasokan bukan satu-satunya tantangan tambang batu bara di Indonesia. Emisi, deforestasi, hingga limbah operasional menjadi dampak lain yang harus dikelola para pengusaha tambang.

GEMS merespons hal tersebut melalui berbagai inisiatif, seperti reklamasi tambang dan penanaman mangrove hingga pengolahan sumber air baku dari bekas tambang menjadi air layak minum.

Perusahaan juga menerapkan penggunaan truk listrik, dashboard pemantauan emisi real-time, hingga menjadikan limbah oli sebagai agen peledak ramah lingkungan.

Langkah-langkah tersebut menjadi aksi nyata penerapan teknologi rendah emisi, yang sejalan dengan kebijakan energi batu bara nasional dan target pengurangan  jejak karbon.

Melalui komitmen di atas, GEMS membuktikan bahwa keberlanjutan adalah strategi dalam menghadapi masa depan tambang batu bara di Indonesia.

Isu Sosial : Merajut Harmoni di Tengah Tantangan

Tantangan sosial merupakan bagian yang tak terpisahkan dari industri tambang. Konflik lahan, kebutuhan dasar masyarakat, hingga kerentanan ekonomi lokal menuntut pendekatan yang kolaboratif dan berkelanjutan. GEMS melalui PT Borneo Indobara (BIB) merespons isu-isu ini melalui program-program CSR yang menyasar kebutuhan nyata masyarakat di sekitar lingkar tambang.

  • Air Minum Andaru: Kolam bekas tambang diolah dengan teknologi modern menjadi air minum pH 8+ yang sehat, menyuplai 1.811 KK, menurunkan pengeluaran air rumah tangga hingga 93%
  • Beasiswa Pendidikan: Menyokong masa depan generasi muda melalui 95 beasiswa S1 bagi anak-anak di ring 1.
  • Program Stunting: Meningkatkan kesehatan ibu dan anak dengan intervensi gizi, edukasi, serta penguatan posyandu.
  • Ekonomi Riil: Mengembangkan pertanian, perikanan, peternakan, serta home industry sebagai strategi pengentasan kemiskinan.
  • Transformasi Lahan Tidur: Mengoptimalkan lahan di 22 desa ring 1 menjadi produktif, sebagai langkah menuju transisi ekonomi dari ketergantungan pada tambang ke sektor pertanian dan perkebunan.

Dengan penguatan kelembagaan melalui Bumdes, koperasi, dan Bumdesma, BIB menghadirkan ekosistem yang bukan hanya mengurangi kerentanan sosial, tetapi juga mendorong kemandirian desa secara berkelanjutan.

Strategi GEMS Meraih Peluang Potensial Masa Depan

Potensi Ekspor

Sebagai salah satu pemasok utama di Asia, GEMS terus menjaga kepercayaan klien lama sambil menjajaki pasar baru. Salah satu langkahnya adalah meningkatkan proses produksi secara berkelanjutan. Ini juga termasuk transformasi digital agar efisiensi meningkat dan keselamatan kerja lebih terpantau.

Inovasi Teknologi

Digitalisasi dan konsep Mining 4.0 turut mendorong efisiensi operasional dan keselamatan kerja yang terukur serta pengendalian emisi.

GEMS mengadopsi teknologi ini untuk meningkatkan produktivitas sekaligus memangkas potensi dampak lingkungan, sehingga kegiatan  operasional lebih efisien, tingkat keselamatan kerja terukur, serta emisi terjaga.

Adaptasi dan Keberlanjutan

Era clean energy tak bisa ditunda lagi. Kami mendukung keberlanjutan tambang batu bara dengan terus menyesuaikan operasi sesuai kebijakan energi hijau pemerintah. Langkah ini membuka peluang tumbuh di pasar global, di mana permintaan energi tetap tinggi meski tekanan emisi semakin ketat.

Membuka Jalan Baru Bersama GEMS

Tambang batu bara di Indonesia masih punya potensi bertumbuh di tengah tantangan global yang dinamis dengan catatan, pengelolaannya dilakukan dengan visi adaptif. GEMS membuktikan bahwa keberlanjutan dan tanggung jawab bisa berjalan beriringan dengan target bisnis.

Bersama dengan pemerintah, GEMS turut mendukung masa depan hijau melalui penerapan green mining practices (operasional pertambangan yang berwawasan lingkungan) yang berbasis keberlanjutan untuk masa depan industri tambang batu bara di Indonesia.

Produksi Batu Bara Indonesia

Produksi batu bara Indonesia menembus rekor baru pada 2024, menjadikannya produsen nomor tiga terbesar di dunia setelah China dan India. Tren ini bukan sekadar angka di tengah gelombang elektrifikasi global dan lonjakan kebutuhan energi domestik. Ini adalah sinyal pergeseran strategi energi nasional.

Tren Produksi Batu Bara Secara Nasional

Tren produksi batu bara nasional menunjukkan lonjakan signifikan dalam lima tahun terakhir. Dari 563,73 juta ton pada 2020, angka produksi melonjak menjadi 836,13 juta ton pada 2024 yang melampaui target produksi batu bara nasional.

Kenaikan ini mengindikasikan kesiapan industri dalam menjaga pasokan energi nasional yang stabil di tengah lonjakan permintaan elektrifikasi. Capaian Pemenuhan kebutuhan batubara domestik tahun 2024 tercapai 128,33% dari target sebesar 181,28 juta ton merupakan sinyal bahwa Indonesia siap menjawab tantangan energi masa depan.

Data Produksi Batu Bara Indonesia tahun 2020-2024*

Tahun

2020

2021

2022

2023

2024

Produksi Batu Bara (juta ton)

563,73

613,99

687,43

775,18

836,13

*sumber Laporan Kinerja Kementerian ESDM tahun 2024

Ekspor Batu Bara dan Kontribusi Ekonomi Nasional

Tak hanya menopang listrik dalam negeri, ekspor batu bara juga menjadi sumber devisa yang signifikan bagi negara. Sepanjang 2024, Indonesia mencatat realisasi kontribusi mineral dan batu bara ke PNBP sebesar Rp 140,46 triliun yang melampaui target sebesar 123,71%.

Pada tahun 2024, pangsa pasar batu bara GEMS dan Entitas Anak mencakup pasar domestik serta berbagai negara di Asia, termasuk Tiongkok, India, Korea Selatan, Filipina, Malaysia, Bangladesh, Vietnam, Kamboja, dan Hong Kong. Sebesar 63% dari total produksi GEMS dialokasikan untuk pasar ekspor.

Peran ini menjadikan sektor tambang salah satu penyokong APBN. GEMS  turut menjaga kelancaran rantai pasok ekspor sekaligus memenuhi kebutuhan domestik, yang pada akhirnya memperkuat posisi Indonesia dalam peta energi global yang kian kompetitif.

Peluang Investasi & Ketahanan Energi

Meski transisi ke energi baru terbarukan (EBT) terus digaungkan, PLTU dan industri baja serta semen masih bergantung pada batu bara sebagai sumber energi utama.

Ketergantungan ini justru membuka peluang investasi batu bara Indonesia, terutama untuk menjamin pasokan energi yang stabil di masa transisi. Dengan tata kelola yang adaptif dan berkelanjutan, batu bara tetap menjadi jembatan strategis menuju ketahanan dan kemandirian energi nasional.

Green Mining: Teknologi Tambang Berkelanjutan

Guna mendukung dekarbonisasi, PT Borneo Indobara (BIB) di bawah naungan GEMS terus mendorong efisiensi tambang berbasis teknologi. Melalui sistem digitalisasi operasional, GEMS mengembangkan inovasi digital berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Ini mencakup seluruh proses siklus pertambangan, mulai dari proses produksi, proses inventory dalam Run of Mine (ROM) Stockpile, proses pengantaran batu bara (coal hauling) hingga proses pemuatan batu bara di area pelabuhan (barging, transshipment, dan sales). GEMS akan terus beradaptasi dengan teknologi pertambangan dengan tetap mendukung upaya dekarbonisasi.

Kegunaan Batu Bara lebih dari Sekadar Sumber Energi

Dalam bayang-bayang transisi energi, kegunaan batu bara justru semakin krusial sebagai salah satu penopang Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan menjadi kontributor utama dalam bauran energi Indonesia. Tak hanya menjaga listrik tetap menyala, batu bara menggerakkan ekspor dan menopang industri hingga mendanai pembangunan.

Di tengah tekanan global menuju energi bersih, PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) hadir dengan pendekatan berbeda, membuktikan bahwa tanggung jawab lingkungan dan produksi batu bara yang efisien dapat berjalan beriringan.

Beragam Kegunaan Batu Bara dalam Industri Strategis

Peran batu bara jauh lebih luas dari sekadar bahan bakar, saat ini ia menjadi komponen penting dalam berbagai industri utama. Dalam industri baja, misalnya, dibutuhkan sekitar 0,7 ton batu bara jenis metallurgical (coking coal) untuk memproduksi 1 ton baja kasar.

Sementara itu, di industri semen, batu bara digunakan untuk menghasilkan 1 ton klinker, dengan penggunaan sekitar 0,15 ton batu bara per ton semen, menghasilkan emisi karbon mendekati 1 ton per ton semen.

Sebagai bahan baku kimia, batu bara melalui proses gasifikasi menghasilkan syngas, yang kemudian dapat diolah menjadi metanol, fenol, dan bahan kimia penting lainnya untuk industri farmasi hingga plastik.

Proyeksi produksi batu bara GEMS pada tahun 2025 sebesar   50 juta ton, yang dapat mendukung rencana produksi batu bara nasional yang mencapai 735 juta ton, hal ini  memperkuat posisi GEMS sebagai mitra strategis dalam percepatan pembangunan industri dan energi nasional.

Multiplier Effect: Peran Sosial GEMS dalam Pemberdaan Masyarakat

Dari Tambang untuk Kehidupan yang Lebih Baik

Industri batubara kerap dipandang hanya dari sisi kontribusi makro—PDB, devisa ekspor, atau penyerapan tenaga kerja. Namun bagi GEMS, keberadaan tambang harus lebih dari itu: memberikan nilai tambah sosial yang nyata dan menciptakan dampak berantai (multiplier effect) bagi komunitas lokal. Prinsip ini diwujudkan lewat serangkaian program CSR strategis yang tidak hanya menjawab kebutuhan dasar, tetapi juga merangsang pertumbuhan ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan keberlanjutan lingkungan.

Multiplier Effect yang Nyata

Program CSR GEMS melalui unit operasionalnya, PT Borneo Indobara (BIB), dirancang bukan sebagai aktivitas filantropi semata, melainkan investasi jangka panjang untuk membangun ekosistem produktif. Beberapa pencapaian yang mencerminkan multiplier effect tersebut antara lain:

  1. Program Kelompok Nelayan Berjaya

Mengolah sekitar 6.246 buah ban bekas menjadi 694 rumpon (fish aggregating devices).

Dampak: hasil tangkapan ikan meningkat hingga 10 kali lipat, mengurangi pengeluaran bagi para nelayan, sekaligus memulihkan ekosistem laut.

Multiplier Effect: meningkatkan pendapatan nelayan, mengurangi limbah tambang, sekaligus memperkuat ketahanan pangan laut. Selain itu timbul kelompok baru untuk hilirisasi komoditas produk hasil laut.

  1. Andaru Mamulih Angsana – Air Minum dari Kolam Bekas Tambang

Pemanfaatan kolam bekas tambang seluas 32 hektar dengan kapasitas 8 juta m³ sebagai sumber air baku.

Dampak: Teknologi pengolahan menghasilkan air minum pH 8+ dengan kapasitas 3.600 liter/jam, menyuplai kebutuhan di 8 desa baik untuk air bersih dan air minum

Multiplier Effect: pengeluaran air masyarakat turun 93%, timbulkan usaha-usaha baru di Masyarakat dengan adanya air bersih dan air minum, serta menghadirkan contoh nyata circular economy dari tambang untuk masyarakat.

  1. Integrated Farming System (IFS)

Pemanfaatan 97,16 hektar lahan tidur di 22 desa ring 1 untuk pertanian, perikanan, dan peternakan. Dan akan terus dikembangkan Kembali.

Dampak: mengentaskan hingga 93% keluarga miskin, memperkuat ketahanan pangan, serta menciptakan rantai nilai ekonomi baru.

Multiplier Effect: lahan yang tadinya tidak produktif kini menjadi sumber penghidupan lintas generasi, mengurangi ketergantungan pada industri tambang.

  1. Produk Briket Batubara – Pemanfaatan Limbah Batubara

Dampak: Limbah batubara dimanfaatkan menjadi briket berkualitas sebagai energi alternatif rumah tangga dan UMKM.

Multiplier Effect: mengurangi ketergantungan pada LPG, mendukung energi ramah lingkungan, sekaligus menciptakan peluang usaha lokal baru.

  1. Pemberdayaan Home Industry & UMKM

Dampak: Dukungan bagi usaha kecil seperti pengolahan pangan lokal, kerajinan, hingga jasa konveksi (seragam tambang).

Multiplier Effect: diversifikasi ekonomi desa, penciptaan lapangan kerja perempuan, serta penguatan kemandirian keluarga.

 

Dampak berantai dari CSR GEMS tidak berhenti pada satu sektor. Air minum meningkatkan kesehatan sekaligus menghemat biaya rumah tangga. Pertanian, perikanan, peternakan  menghidupkan kembali lahan tidur sekaligus mengurangi kemiskinan. Nelayan berdaya, UMKM tumbuh, pendidikan terbuka, kesehatan membaik, kelembagaan desa menguat. Semua bergerak dalam satu ekosistem sosial yang produktif.

Inilah esensi multiplier effect GEMS: mengubah kontribusi industri batu bara dari sekadar angka di neraca negara, menjadi kekuatan yang menumbuhkan kehidupan di tingkat paling mikro—desa, keluarga, dan individu.

Komitmen GEMS untuk Masa Depan

GEMS bukan sekadar mengejar target produksi, melainkan merancang masa depan yang inklusif—untuk masyarakat dan lingkungan serta ekonomi nasional.

Dengan komitmen jangka panjang dan tanggung jawab lintas sektor, GEMS membuktikan bahwa kegunaan batu bara akan terus relevan jika dikelola secara berkelanjutan.

Pertambangan-Batu-Bara

Pertambangan batu bara menopang 66% produksi listrik Indonesia. Namun, saat target bauran energi terbarukan 2050 ditetapkan sebesar 31%, posisi batu bara kian dipertanyakan.

Berada di tengah tekanan transisi energi, PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) justru konsisten meningkatkan produksi batu baranya dari tahun ke tahun.

Data dan Tren Produksi Batu Bara Indonesia

Selama lima tahun terakhir, industri tambang batubara Indonesia terus mencatat lonjakan produksi. Mulai dari 563,73 juta ton pada 2020 hingga mencapai 836,13 juta ton di 2024.

Tahun*

Produksi Nasional

Domestik (juta ton)

2020

563,73

131,89

2021

613,99

133,04

2022

687,43

215,81

2023

775,18

212,87

2024

836,13

232,64

*sumber Laporan Kinerja Kementerian ESDM tahun 2024

Tren peningkatan produksi ini menuntut komitmen yang lebih kuat terhadap praktik pertambangan yang berkelanjutan dan akuntabel.

Penerapan Good Mining Practice bukan lagi sekadar opsi, melainkan keharusan untuk menjaga keseimbangan antara performa produksi serta kebutuhan dalam negeri dan dampak lingkungan yang muncul.

Operasional Pertambangan Batu Bara di PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS)

Dalam lanskap pertambangan batu bara Indonesia, geologi bukan sekadar peta tanah. Keberadaannya menentukan jenis batubara dan metode ekstraksi hingga potensi sumber daya batu bara.

Melalui skema PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara), GEMS mengelola area konsesi di Kalimantan Selatan yang kaya akan sub-bituminous melalui anak perusahannya, yakni PT Borneo Indobara (BIB). Ini adalah jenis batubara yang kandungan kalorinya menengah dan menjadi incaran pasar Asia untuk pembangkit listrik.

Proses Penambangan GEMS: Efisien, Terukur, Taat Regulasi

pertambangan batubara

Photo by  Annual Report 2024

Operasi tambang GEMS dimulai dari land clearing dan pemindahan top soil secara hati-hati ke lokasi penyimpanan top soil yang telah ditentukan untuk mendukung proses reklamasi pascatambang.

Selanjutnya, dilakukan pengupasan overburden, diikuti dengan kegiatan penambangan yang sistematis, dan terintegrasi dengan tetap mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta kelestarian lingkungan.

Batu bara yang telah ditambang diangkut ke stockpile, dihancurkan, kemudian dimuat ke kapal tongkang (barge loading) untuk distribusi ke pasar domestik maupun ekspor. Proses ditutup dengan penyebaran kembali top soil, revegetasi, dan pemantauan reklamasi. Dengan pendekatan ini, area bekas tambang tidak hanya pulih, tapi juga dapat produktif kembali.

Metode Open Pit

Seluruh area tambang GEMS menggunakan metode open pit atau tambang terbuka. Metode ini adalah yang paling optimal untuk karakteristik batubara Kalimantan yang dekat dengan permukaan.

Bukan hanya efisiensi produk, keunggulan metode ini juga terletak pada risiko geoteknik yang minimal. Selain itu, penerapan sistem keselamatan kerja lebih mudah dan mitigasi dampak lingkungan tambang batu bara juga relatif efisien.

Dengan begitu, produktivitas tinggi, risiko teknis rendah, dan kepatuhan lingkungan hidup selalu terjaga.

Komitmen GEMS terhadap Good Mining Practice dan Keberlanjutan

GEMS memegang teguh prinsip Good Mining Practice dan kepatuhan terhadap regulasi terkait serta reklamasi sebagai bagian dari tanggung jawab jangka panjang. Bagi kami, pertambangan berkelanjutan menjadi komitmen dalam menjalankan kegiatan operasional di masa mendatang.

Melalui pendekatan yang konsisten, transparan, dan bertanggung jawab, GEMS membuktikan bahwa pertambangan batu bara dapat berjalan dengan berkelanjutan tanpa mengesampingkan etika dan nilai-nilai keberlanjutan.